Selasa, 19 Juli 2016

Jingga Dikala Senja

Aku menyebutnya senja, karena hadirnya telah membawaku pada keindahan.
Rona jingga yang terpancar dalam senyumnya membuatku larut dalam sebuah cerita yang tak pernah habis kubaca.

Aku menyebutnya maha karya, karena ia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang membuatku mengucap 'Subhanallah' saat mataku menatap matanya.

Ia adalah keindahan yang nyata, ia adalah anugerah dari sang pencipta.
Dan aku hanyalah seorang pemuja, seorang penikmat dari segala sesuatu yang berhubungan dengannya.

Ia begitu bermakna, ia adalah alasan saat aku tersenyum, ia adalah inspirasi untuk sesuatu yang aku sebut karya.

Mungkin ia lebih indah dari jingga yang hadir dikala senja, mungkin juga aku terlalu meninggikan dirinya.
Mungkin aku mengaguminya atau mungkin juga mencintainya.

Saat Senja Berpulang

Sesaat setelah senja aku mulai mengemas asa dalam rangkaian kisah yang pernah hadir dimasa lalu.
Mencoba mendeskripsikan apa yang telah terlewati dalam untaian abjad yang dijajar.

Lewat goresan pena ini aku tuliskan semua tentang indahnya, semua tentang tingkah lakunya, hal-hal yang pernah begitu akrab denganku, hal-hal yang mungkin hanya akan hadir dalam ingatan.

Kini senja telah berpulang, ia larut dalam pekatnya malam.
Hening, tanpa ada nada pun irama yang terdengar.
Saat semesta terasa begitu bisu, entah mengapa suaranya masih terasa jelas ditelinga.
Kata-kata manja yang pernah dia ucap, bisikan-bisikan mesra yang keluar dari mulutnya adalah nyanyian terindah yang aku dengar.

Aku tak pernah menyesali apa yang telah terjadi, kepergiannya pun adalah kehendak Ilahi, karena segala sesuatu yang Ia ciptakan adalah kesementaraan, pun rasa ini yang aku anggap abadi adalah bagian dari hal sementara, perlahan aku percaya rasa ini akan hilang, dan yang abadi hanyalah kenangan, yang abadi adalah kisahnya.

Sampai pada akhirnya aku menikmatinya sebagai sebuah senja, senja yang hadir sementara, senja yang hadir sesaat tapi selalu membawa keindahan.
Dan di setiap jingga yang dipancarkan oleh senja aku menyisipkan doa untuknya, semoga dalam ketiadaannya ia menemukan hal yang abadi, semoga semesta senantiasa membawanya kepada hal-hal indah, semoga ia mengingatku sebagai seseorang yang mengabadikan kisahnya.

Maya

Aku mengenalnya pada ketidak sengajaan, ketidak sengajaan yang membawa sebuah keresahan, keresahan yang hadir karena sebuah rasa, rasa yang tak mampu aku jabarkan dalam sebuah kata-kata.

Ini tentang Dia, dia yang bukan siapa-siapa, dia yang aku temukan dalam hal yang maya, dia yang memberi keindahan, dia yang kehadirannya selalu aku tunggu, dia yang membuatku tersenyum, dia yang membuatku termenung, dia yang selalu aku sebut dalam doa.

Ini tentang Rasa, rasa yang aku rasakan kepadanya, rasa yang tak pernah aku mengerti, rasa yang tak pernah terungkapkan, rasa yang kadang nyata dan kadang semu, rasa mengagumi, rasa menyayangi, dan rasa ingin memiliki.

Ini tentang Aku, aku yang selalu memujanya, aku yang selalu mengharapkannya, aku yang selalu mengingatnya, aku yang selalu menjadikannya inspirasi, aku yang sangat ingin bersamanya.

Ini tentang Impian, impian yang selalu terbawa mimpi, impian yang membuatku terjaga sepanjang malam, impian yang membawaku pada sebuah imajinasi, impian tentang seseorang yang akrab tapi tak aku kenal.

Ini tentang semua hal yang semu, tentang semua hal yang tak pasti, tentang semua hal yang aku dapat dari rasa yang tercipta saat aku mengenalnya dalam dunia maya.

Senin, 18 Juli 2016

Entahlah

Entahlah, aku tak tahu siapa dia tapi namanya selalu terucap sebelum kata amien disetiap doaku?
Aku tak mengenalnya tapi merasa akrab dengannya, aku tak tahu siapa dia tapi ingin memilikinya.

Entahlah, kenapa rasa ini harus tumbuh kepadanya?
Kenapa lamunanku selalu tentangnya?
Kenapa tangan ini selalu menuliskan tentangnya?

Entahlah, mungkin dia hanya tanda tanya yang tak pernah ada jawabnya,
mungkin dia hanya kemungkinan yang selalu aku semogakan,
pun mungkin dia hanya ciptaan Tuhan yang membuatku lebih rajin berdoa.

Entahlah, rasa ini sesuatu yang ambigu, bagaimana mungkin aku berharap pada sesuatu yang tak ku kenal?
Tapi karena nya aku memiliki banyak harapan.
Ini gila ya mungkin saja aku gila karena nya,karena dia aku gila dan aku menikmati kegilaan ini.

Entahlah, aku terlalu larut dalam buai nya, dalam buaian maya yang aku rasa begitu nyata, aku begitu mendamba indahnya sampai aku lupa dia bukanlah satu-satunya keindahan yang Tuhan ciptakan.
Aku buta, ya mungkin saja aku buta, aku buta oleh hal yang semu, mengejar sebuah kemungkinan yang tak lepas dari kata semoga. Aku terabaikan atau aku mengabaikan mereka yang menyebut namaku dalam doa nya.

Entahlah,