Minggu, 20 Agustus 2017

Kamu

Kamu, sesuatu yang hadir tanpa jeda
Yang melahirkan harap juga semoga

Bagiku kamu adalah keindahan semesta yang melebihi senja
Tempatku terjatuh berulang-ulang

Seperti lagu tanpa nada
Atau puisi tak beraksara
Kamu adalah hal yang tak bisa aku terjemahkan lewat lisan juga tulisan

Mengapa kamu begitu rumit
Apakah kamu tercipta dari hasil perkawinan silang antara rumus fisika dan matematika, entahlah
Yang jelas kedua rumus itu adalah musuh terbesar semasa aku sekolah dulu, rumus yang membuatku begitu semangat untuk bolos dan nongkrong di warung si ibu yang disisi jalan itu.
Jujur saat ini aku begitu menyesal kenapa aku suka bolos pas dua pelajaran itu,
Seandainya saja dulu aku sungguh-sungguh dalam mempelajari semua rumusnya mungkin remedial pas akhir semester aku tidak akan begitu banyak,
Tapi aku yakin yang salah mah sekolahnya, kenapa coba pelajaran serumit itu harus diberikan kepada guru cowok yang kalo ngajar juga menjenuhkan, meski bel udah berbunyi anggeur we sibapak eta teh terus menerangkan di depan kelas, coba fikir mau khusu dari mana kalo konsentrasi siswa sudah buyar gegara bel tadi, waktosna uih mah uih we pak tong maksakeun ngajar, bapak harusnya sadar kalo waktu itu adalah uang, bapak juga ga di kasih uang lemburkan sama sekolah?
Jawab atuh pak jawab.
Bapak tau ga atas perbuatan bapak itu saya jadi males masuk pelajaran bapak?
Bapak ga kasihan sama saya yang kalo abis ujian semester suka jangar mikiran remedial?
Belum lagi kalo sekolah udah ngeluarin surat yang bukan surat cinta melainkan surat panggilan untuk orang tua saya, kan saya teh jadi stres pak harus kesana kemari mencari orang yang mau berpura-pura jadi saudara saya. Untung aja dulu ada teh atin yang selalu setia bersandiwara menjadi kakak ipar saya, tapi da itu ge ga gratis pak, saya harus mengeluarkan uang untuk ngajajanan bakso sebagai upah untuk beliau, coba bapak pikir dari mana saya mendapatkan uang untuk neraktir baso sedangkan saya masih bersetatus pelajar dan belum berpenghasilan?
Yap betul.. saya jadi mengorbankan uang LKS untuk meser bakso, dan bapak tau resikonya apa?
Ya benar.. LKS saya jadi gak lengkap dan otomatis jika LKS saya tidak lengkap saya tidak akan lulus mata pelajaran tersebut, dan lagi-lagi saya diremedial. Dan itu semua gegara bapak.
Apakah bapak sudah merasa berdosa?
Jika tidak, bapak sungguh terlalu..
Bapak tau saya tadi lagi nulis puisi untuk wanita idaman saya tapi kenapa saya jadi ngabahas tentang rumus dan remedial juga LKS?
Ini juga karena bapak..
Jika saya ga bisa mendapatkan wanita idaman saya tersebut maka bapak jugalah penyebabnya. Bapak harus bertanggung jawab. Saya tau bapak punya anak perempuan yang masih gadis, nah tolong anak bapak itu jodohkan sama saya anggap saja sebagai ganti rugi atas keapesan saya karena sikap bapak, tapi seandainya putri bapak saat ini sudah menikah maka saya mohon carikanlah wanita pengganti yang lain siapa sajalah entah itu saudara atau?
Oh iya di sekolah kan banyak tuh pak murid bapak yang cantik, tah gapapa murid bapak saja jodohin sama saya ya pak, plis atulah pak da bapak juga tau kan saya jadi begini gegara bapak.

Kamis, 10 Agustus 2017

Sesuatu Yang Usai

Dulu, kita adalah dua insan yang paling bahagia.
Merajut asa dalam buai asmara.
Bercengkrama ketika senja menyapa.

Dulu, kita adalah dua hal yang saling menguatkan.
Bercumbu dengan peluh,
Mengusir segala keluh.

Namun, itu semua hanya tentang dulu
Kini, kita adalah sesuatu yang telah usai.

Semua harap yang kita semogakan
Kini semua menjadi kenang
Yang melahirkan gelinang
Saat hati berharap terulang.

Aku dan kamu kini menjadi asing,
Dua insan yang memilih untuk berakhir.
Sebab, katamu, aku bukanlah takdir
Yang semesta hadirkan untuk menanimu hingga akhir.

Surat Cinta Tanpa Nama Penerima

Teruntuk kamu,

Perempuan yang hadir bersama senja.

Apa kabar kamu?

Aku slalu mengaharapkan hal-hal baik menyertai harimu.
Dan semoga kamu selalu bahagia sebagai mana aku bahagia saat menulis segala hal tentang kamu.

Aku sengaja menulis surat ini untukmu semoga kamu tau bahwa kamu yang aku maksud adalah dirimu walau dalam surat ini aku tak menuliskan namamu.
Aku menulis ini karena entah mengapa akhir-akhir ini bayangmu begitu kuat mengganggu fikiranku.
Setiap jeda kegiatanku aku slalu memikirkanmu, menyempatkan waktu hanya untuk stalking akun sosial mediamu mencuri-curi informasi agar aku tau keadaan pun kegiatanmu.

Barangkali, bagiku kamu adalah novel terbaik yang ceritanya tak pernah habis ku baca, alurmu begitu sulit aku tebak, dan harus kamu tau ini sungguh sangat mempermainkan perasaanku.

Mungkin kamu tidak menyadari bahwa kehadiranmu sangat amat memberi inspirasi untukku dalam membuat sebuah karya.
Entah berapa banyak bait puisi yang ku ciptakan untukmu dengan harapan dapat terbaca olehmu, tak sedikit pula lagu yang aku buat hanya untuk mengungkapkan kekagumanku terhadapmu.
Yang jelas setiap aku membuat sesuatu pasti aku tujukan untuk dirimu.

Aneh memang, bagaimana mungkin aku mendambamu sebegitu hebatnya sedangkan aku dan kamu tak pernah bertegur sapa?
bertemu pun beberapa tahun yang lalu, dan itu hanya sekedar berpapasan.
Aku dan kamu hanya berinteraksi di dunia maya, dan itu pun jarang.
Aku tak pernah menanyakan kabarmu begitu pula dirimu mungkin kamu tak sedikit pun mempedulikan diriku.
Tapi dibalik itu aku selalu menghawatirkan dirimu, jujur aku ingin sekali lebih intim denganmu agar aku lebih mudah membacamu dan tidak perlu menerka-nerka seperti ini.
Diantara banyak permohonanku kepada Tuhan, aku selalu menyelipkan namamu meminta agar dirimu disehatkan selalu.

Rasa ini begitu tulus untuk kamu, aku memilih menikmatinya sendiri bukan karena egois tapi aku merasa belum layak mendekatimu,
aku terus berusaha menjadi lelaki terbaik.
Sebab, bagiku wanita sepertimu tak layak mendapatkan lelaki biasa.
Jika saja disana kamu menemukan belahan jiwamu yang membuatmu menemukan arti hidupmu aku akan turut berbahagia, meski itu sangat menyakitkan, meski itu membuatku kecewa, tapi seperti yang aku tuliskan diatas, aku selalu mengaharapkan kebahagiaanmu.

Aku sadar dengan konsekuensinya, mencintai dengan cara seperti ini hanya akan membuahkan kecewa.

Terimakasih untuk kehadiranmu yang telah memberi 1001 makna, terimakasih juga karena dirimu yang membuatku begitu semangat berkarya dan memperbaiki diri.

"Meski pada akhirnya kita tetap menjadi dua orang yang asing, tapi kamu adalah hal yang akrab dalam hatiku".

Dan akhir kata; Aku Sungguh Mencintaimu.

Penikmat Senja