Selasa, 31 Mei 2016

Tentang Senja

Bait - bait puisi tentang ungkapan rasa pengagum senja.

Senja di bibirmu tetaplah sama;
manisnya dosa dalam lukisan surga.

Kau adalah senja yang menari bersama cakrawala, menebar pesona dengan senyum jinggamu, aku menjadi penontonmu.

Kaulah senja yang tak pernah habis,
dan aku adalah mereka yg hanya sekedar bisa menikmati keelokanmu.

Mungkin senja, adalah senyum Tuhan dipenghujung hari.

Seperti halnya keelokan senja yang jauh,
kau juga merupakan samaran senja yang tegar di barat sana.

Senja adalah lengkung senyummu.
Bibirku; garis pantai paling yang jauh dari matamu.

Senja; dan segala jingga di matamu;
rinduku habis pada waktu, dan kata kataku jadi batu; aku mencintai ketiadaanmu.

Jadilah debar saat aku gemetar,
menjadi sunyi kala aku menyepi,
terbang ke awang ketika aku rindu pulang

Aku masih menaruh harap pada senja tuk uraikan namanya, atau sekedar kabar sederhana darinya.

Akulah senja disini, menuturkan cerita tentang nada, rekahkan rasa, lindapkan tawa, bibirmu merah terdiam

kau-aku, bertutur sapa dalam merah cahaya senja. membiarkan airmata, tumbuh menjadi doa. kita memang, tak mengerti cinta.

Di antara bias-bias cahaya, sebait puisi tenggelam di kedalaman matahari kuning tua, melagukan elegi senja.

Semburat jingga di langit senja, kita nikmati lewat jendela yang sama. Namun hati entah di mana.

Untuk senja, maaf kamu terlibat, dalam hal-hal yang kusemogakan, dalam sesuatu yang kusebut kebahagiaan.

Kau langit senjaku yang hangat, yang jingganya memberi semangat, yang memeluk begitu erat. tetaplah merona, senjaku.

Senja selalu mengajarkan kita untuk pulang; tak peduli betapa jauh kita terbang.

Di bibir cangkir kerisauan, senja adalah hal yang begitu menenangkan, ketika kusesap berulang-ulang.

Pada senja yang paling sunyi, kita saling berdiam diri; di ujung kisah yang harus diakhiri.

Di ujung senja ini, aku terpaku di matamu ketika jingga melagukan tembang rindu.

Senja menua; senyap yang lahir dari mata sunyi kini menjelma puisi; dalam lembar kertas tak bernama.

Seperti senja, meski sesaat, dimataku, kau adalah ciptaan Tuhan yang paling indah.

Seperti bisikan embun pada pagi, kita tak pernah peduli, pada kesedihan senja yang sebentar lagi kehilangan matahari.

Perlahan, senja lesap di keheningan matamu, mempuisikan kenangan yang kusimpan di jenggala waktu.

Saat matahari akan tenggelam, kenang aku sebagai jingga yang pernah memberi indah pada tubuh senjamu.

Dan gerimis tiba di beranda senja, sepasang rindu tersedu tanpa langit jingga.

Senja; dan segala jingga di matamu; rinduku habis pada waktu, dan kata kataku jadi batu; aku mencintai ketiadaanmu.

Jingga perlahan tenggelam. Semesta siap menyambut malam. Dan di hatimulah, aku jatuh semakin dalam.

Kutemukan senja paling indah di matamu, kudapatkan senja paling merah di bibirmu.

Aku sudah melihat jutaan senja, tapi tidak satupun dari mereka yang lebih indah daripada ketika kau memelukku sebagai sore yang sederhana.

Kelak akan ada sore yang begitu sepi bagimu, satu persatu kenangan mulai kau ingat, dan tersenyum ketika giliranku lewat.

Senyumku menatap senja ini, reriuh daun-daun mengiringi. Tidakkah kau melihat saat-saat yang begitu indah.

Selamat datang malamku, selamat jalan rinduku, hanya itu yang selalu ku ucap, saat senja berlalu dari langitku.

Rindu menyeruak saat senja menanti malam. Geloranya tak padam, meski diam-diam kupendam.

Semestaku sekarat saat punggungmu menjauh sirna. dan di ufuk barat, tak pernah kulihat senja lebih bermuram durja.

Saat mata senja berlinang jingga,
engkau hanya terlalu bahagia mengenang luka, seperti pergi yang lupa jalan pulangnya.

Sebuah keindahan tersendiri saat kita menyaksikan terbitnya matahari atau melihatnya tenggelam menjelang senja

Dari mataku; seekor kupu-kupu menjelajahi garis di telapak tanganmu, begitu panjang, dan hilang saat senja di matamu datang.

Saat senja menyapa, aku menyadari bahwa masih banyak hal indah yg Tuhan ciptakan selain Kamu.

Aku enggan menceritakanmu saat senja begini. Kau jauh lebih cantik dari itu.

Saat nanti senja kembali,redam sejenak hujan yang menuntut malam panjang itu,sampai senja beranjak dari sini.

Jika kamu tahu arti airmata, kamu akan tahu makna hujan saat senja.

Saat senja enggan menyala, Ijinkan kuselami keteduhamu, sebagai tabib ringkih kesepianku.

Saat temaram datang, jangan ikut tenggelam bersama mentari. Tapi bersinarlah bersama senja walau ia tanpa pelangi.

Senja itu spesial. Hanya datang pada waktu tertentu. Saat dia datang dia membawa keindahan..

Senja masih tak berparas bagiku, saat luka bergoresan di ulu. Laraku mengalir di hilir tak berhulu.

Saat jingga bersetubuh dengan gelap, sepasang mata sibuk kemasi air matanya; seakan takut, senja mencuri rindu miliknya.

Suatu saat ada dimana masanya kita menikmati senja bersama di teras rumah. Kamu dan aku dengan secangkir coklat hangat ditangan.

Saat hujan reda, senja berpura-pura bahagia. jingga seolah menampakkan bahagia, nyatanya rindu berkalang duka.

Rindu menyeruak saat senja menanti malam. Geloranya tak padam, meski diam-diam kupendam.

Aku tulis catatan kecil tentang kita, lalu kugantungkan di mega senja. semoga ia mampu mengingatkanmu ketika kau mulai lupa.

jika aku tak bisa menjadi bintang terang di hatimu, biarkan aku menjadi bintang paling terang yg akan selalu kau tatap ketika senja tiba..

Senja selalu apa adanya, luka, kehilangan, adalah sajak-sajak yang tercipta di bawahnya, di ufuk mata; ketika genggaman mereda.

Kata-katamu bisa seketika lebih bertenaga ketika merasakan rindu sambil memandang senja.

Ketika senja dalam bis kota, kau menyapaku sembari malu, dan jendela biru tempat kita bercerita mulai penuh dgn kata.

Aku sudah melihat jutaan senja, tapi tidak satupun dari mereka yang lebih indah daripada ketika kau memelukku sebagai sore yang sederhana.

Ketika senja mulai tenggelam, ku mulai menyadari kamu yang paling berarti, dan ketika sinar matahari menyapa ku sadari kamu hanya mimpi

Di remang senja, rinduku masih belajar meng-eja tentang bahagia jingga atau kelabunya dusta dalam asmara.

Dan apalah itu umur panjang, sehat yang meruah ataupun harta melimpah. Bila di senja ini saja aku masih tanpamu.

Dibawah senja sore ini. Aku menemukan rindu diantara jingganya. Dimana dulu kita berpadu satu.

Mungkin senja tercipta, ketika Tuhan tersenyum bahagia.

Ketika senja hadir aku mencoba meraba arti bahagia yang kau kemas,aku mencoba memahami setiap bait yang katanya itu bahagia

Sebuah senja; di bibir samudera seseorang menanti jumpa, hingga pekat mengecup sukmanya, ia sadar semua sia-sia.

Di balik senja, ada nestapa yang selalu berharap jadi cahaya ketika malam datang tanpa gemintang atau rembulan.

Senja kian menua, di matamu; cinta mengabadikan jingganya, janganlah menangis, kelabu mukamu; aku tak ingin menikmatinya.

Di sudut semesta, biru langit bermahkota senja membias jingga.

Berpayung pada hujan didekap oleh gigil. Seperti rindu yang tak hentinya memanggil.

#tentangSenja

Dari berbagai sumber.