Hari ini beberapa tahun yang lalu, sebuah keluarga sederhana tengah berbahagia menyambut kelahiran anak ketiga mereka.
kumandang adzan dari sang ayah mengiringi tangisan pertamannya.
Meski sederhana tapi keluarga itu tidak kekurangan cinta, anak itu tumbuh dengan penuh kasih sayang.
Ibunya tak pernah lelah menjaga dan mengasihinya dengan sepenuh hati, ia tak pernah rela hal-hal buruk menimpa anaknya.
Ayahnya tak pernah letih berjuangan untuk menghidupinya, memberi rasa aman dan semua hal-hal baik yang ia punya agar anak-anaknya menjadi yang terbaik.
Mereka tak mengharap balas,
Mereka iklas melakukan segalanya untuk anak-anaknya.
Mereka hanya berharap kelak suatu saat anaknya bisa menjadi suatu yang berguna, menjadi sesuatu yang membanggakan.
Tapi harap hanya sebatas harap, anak itu tumbuh menjadi sesuatu yang biasa aja.
Mungkin ia pernah membuat mereka bangga, tapi itu dulu.
Sekarang?
Ia sendiri lupa kapan terakhir kali melihat orang tuanya tersenyum bangga kepadanya.
Anak itu kini tak tahu tujuan hidupnya untuk apa,
Anak itu kini tak tahu kenapa Tuhan mencipkannya.
Anak itu hanya bisa berserah dan mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan, karena ia yakin skenario dari Tuhan adalah jalan cerita yang terbaik untuknya.
Anak itu hanya bisa bersyukur karena telah dititipkan pada keluarga yang menurutnya keren, keluarga yang tak pernah mengeluh meski anaknya jauh dari kata berguna.
Dan anak itu adalah Aku.